Pengalaman Merawat Bayi Alergi Yang Terkena Eksim
source: shutterstock |
Hallo, I'm back pak bapak buk ibuk…
Setelah sekian purnama (lebay) nggak ngurus ini blog. Ibarat
rumah, mungkin blog ini udah penuh debu dan sarang laba-laba kali yah. Maafkan
aku :(. Enam bulan terakhir ini sibuk sama duo krucil. Yap! Punya me time dan
waktu senggang untuk ibu dengan 2 anak itu mendekati impossible hahaha. Apalagi
yang satu masih baby dan yang satu toddlers. Ya ya ya, imagine that. How's your
life with baby and toddler? Buat buk ibuk yang bernasib sama, keep strong, we
can do this *virtual hugs.
Kembali ke laptop. Jadi setelah enam bulan vakum, aku
berniat untuk kembali konsisten nulis di blog ini. Tadinya pengen sehari bisa
nulis satu tulisan, tapi karena waktu luang saat #lyfewithbabyandtoddler itu
unpredictable, jadi aku turunin sampai 3-4 postingan seminggu deh ya. Yang
penting kan semangatnya kan ya? Hehehe.
Kembali lagi ke nama domain ini, 'becreativemama',
rencananya konten utama blog ini tetap tentang berbagi pengalaman parenting and
moms life ya. Dan kali ini, aku mau berbagi tentang pengalaman punya bayi alergi.
Siapa di sini yang punya anak dengan kulit sensitif juga? Ngacung!
Buat yang ngacung, kita bernasib sama buk, pak. Bisa
dibilang kemungkinan anak aku untuk alergi itu cukup besar, karena aku dan
suami sama-sama punya kulit yang sensitif. Aku sendiri belum pernah sih, tes
alergi lengkap ke dokter. Ada kok dokter khusus untuk tes alergi gitu. Biasanya
dokter yang menangani asma gitu, coba deh googling, pasti ada. Nah, aku sendiri
kalau kebanyakan makan ikan tongkol biasanya suka gatel, dulu sih waktu kecil.
Sekarang nggak lagi, karena pola makan juga diatur. Kalau suami gampang bersin
gitu kalau kena debu (semua orang juga kale), tapi si bapaknya anak-anak tuh
lebih lebay dari orang kebanyakan. Oh ya, bersin-bersin juga salah satu bentuk
alergi yah bapak ibuk. Terus, kulit suami juga rentan eksim. Jenisnya lebih ke
eksim yang kering. Gatelnya minta ampun, dan itu hilang timbul walaupun udah
diobati. Karena, pada dasarnya alergi itu nggak bisa sembuh total, tapi gimana
caranya kita meminimalisir pemicunya biar nggak kambuh lagi.
Oh iya, buat yang belum tau apa itu eksim, aku kasih
contekan dari penjelasanya alodokter nih ya. Insya Allah mereka based on
research kok. Jadi, eksim itu adalah istilah untuk kondisi kesehatan saat
terjadi reaksi peradangan pada kulit yang ditandai dengan gatal, ruam merah,
kulit kering, lenting, berair, pengerasan, penebalan dan perubahan warna
(pigmentasi) kulit di beberapa bagian tubuh seperti wajah, siku, dan di
belakang lutut.
Pada eksim, kulit adalah organ terluar yang melindungi kita
dari bakteri atau agen berbahaya lainnya, dan dipenuhi sel-sel khusus dari
sistem kekebalan tubuh. Sel khusus ini melindungi kulit dari virus, bakteri,
dan ancaman lainnya. Ketika sel-sel ini mendeteksi zat yang membahayakan, kulit
akan menimbulkan reaksi yang mencetuskan peradangan. Nah, istilah medis untuk kondisi
ini adalah dermatitis.Eksim sendiri nggak menular. Penyebabnya juga belum
diketahui pasti, kemungkinan karena faktor genetik dan pengaruh lingkungan.
Dua anak aku sama-sama pernah eksim di usia 6 bulan pertama
mereka. Kenapa cuma 6 bulan? Aku juga nggak ngerti. Bisa jadi usia segitu
kekebalan tubuhnya belum sempurna atau juga karena usaha aku meminimalisir pemicu
eksimnya berhasil hehehe.
Kedua anak aku terkena eksim di wajah. Dulu, aku mengira
bahwa bintik-bintik merah di sekitar pipi dan dagu mereka adalah biang
keringat. Orang tua jaman dulu bilang bisa jadi karena ASI yang bleber ke pipi
bikin bintik-bintik itu muncul. Tapi ketahuilah bapak ibu, ASI itu bukan air
keras. Nggak akan bikin pipi anak kita jadi merah-merah kok. Jika bapak ibu
mendapati wajah bayi kalian merah-merah berbintik, bisa jadi itu adalah eksim,
alergi, atau juga kemungkinan kecilnya biang keringat. Karena pada dasarnya
pori-pori pipi bayi nggak segede itu ya ampe biang keringat. Tapi ya bisa jadi.
Nah, untuk kasus anak aku, setelah konsultasi ke dokter
berkali-kali, bintik-bintik merah di pipi dan dagu mereka ini ternyata eksim
dan alergi. Awalnya aku sempat mengira alergi makanan, tapi ternyata setelah
mengurangi makanan yang berpotensi alergi, tidak ada perubahan. Kemudian, aku
konsul lagi ke dokter dan diberi obat untuk eksim. Waktu anak pertama sih aku
di kasi salep ceradan, dan nggak ngaruh sama sekali. Akhirnya aku pake purol,
ya lumayan berkurang, tapi nggak hilang. Waktu anak pertama aku lahiran di
Tasikmalaya, usia 1 bulan dibawa ke Depok. Nah, di Depok inilah eksim muncul
pas anak aku aku usia 3 bulanan. Eksim nya mulai membaik karena aku bawa lagi
ke Tasik pas usia 5 bulanan, waktu itu suami lagi transisi ke kantor yang baru,
jadi nggak kerja sebulanan. Salahnya aku waktu itu adalah nggak mencari tahu
lebih lanjut, kupikir karena udah hilang dan cuma tinggal bersihin bekasnya
aja, yaudahlah gitu. Soalnya pas balik lagi ke Depok usia 7 bulanan udah mulai
kebal mukanya si abang.
Nah, waktu anak kedua, hal yang sama terjadi. Aku lahiran di
Tasik. Pas usia 2 bulanan bawa balik ke Depok. Pas usia 3 bulanan si adek mulai
menunjukan gejala yang sama kayak abangnya dulu. Awalnya bintik-bintik kecil di
sekitar pipi, terus merah-merah, terus membekas putih berpulau gitu (kasian
kan, udah gitu jadi jelek wajahnya). Aku langsung bawa DSA, disarankan pakai
ezerra cream. Lumayan sih berkurang, tapi ya muncul lagi muncul lagi. Kasihan
itu karena muncul di tempat yang sama. Anak aku juga lebih rewel dari biasanya.
Nah, kali ini aku lebih bawel nyari tahu penyebabnya. Aku sharing pengalaman
abangnya dulu. Untungnya dokter anak kedua aku ini orangnya nggak pelit ngomong
dan humble banget. Dari dia aku tahu kalau alergi dan eksim muncul ini nggak
cuma karena makanan aja, udara air juga bisa. Dari sana aku langsung punya
hipotesis. Apa bisa jadi karena aku bawa ke Depok makanya anak-anak aku alergi
dan eksim. Tasik kan dingin, Depok panas minta ampun. Atau bisa juga karena air
yang dipakai mandi. Terus aku bilang ke dokter nya kalau aku pake AC, dokter
bilang AC juga harus diperhatikan kebersihannya. Kalau debu udah tebel, AC
harus dibersihkan. Pokoknya kalau anak rentan alergi, ibunya harus lebih rajin
menjaga lingkungan biar tetap bersih. Dan dokter juga bilang, bisa jadi karena
air. Bisa jadi kualitas air di rumah jelek dan virus/bakteri memicu eksim.
Akhirnya aku disarankan untuk menggunakan air galon untuk mandiin si adek atau
merebus air PAM sampai mendidih, setelah hangat kuku baru dimandiin.
Aku ikuti saran dokter. Alhamdulillah setelah seminggu
konsisten mandiin pake air galon/air matang, eksim anak aku mulai hilang. Cuma
sisa bekasnya aja yang putih berpulau itu. Nah, bekasnya ini aku hilangin pake
resep tradisional dari saudara di Tasik. Aku oleskan air perasan panglay. Yang
nggak tau panglay coba googling, mirip jahe gitu. Alhamdulillah, sekarang wajah
anakku mulus banget nggak pernah eksim lagi.
Jadi kalau punya anak yang eksim, segera bawa dokter dan
cari tahu pemicunya ya ibuk bapak. Jangan telat kek aku dulu huhu.
Air perasan banglenya, dioles atau diapain mba? Kebetulan anak ketigaku yg bayi kena eksim ringan kta dokter . Nah, bekasnya kya pulau2 gt dekat mata. Kasian kan jadinya .
ReplyDelete